Takut dan Berharap dalam Ibadah Hati
Takut dan Berharap dalam Ibadah Hati adalah kajian Fiqih Do’a dan Dzikir yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. Kajian ini beliau sampaikan di Masjid Al-Barkah, komplek studio Radio Rodja dan Rodja TV pada Selasa, 18 Jumadil Akhir 1447 H / 9 Desember 2025 M.
Kajian Tentang Takut dan Berharap dalam Ibadah Hati
Syaikh Abdurrazzaq Hafidzahullah berkata, “Seorang hamba wajib menyertai cinta kepada Allah dengan rasa takut dan rasa berharap kepada-Nya. Saat seseorang melihat kepada dosa-dosanya, kepada keadilan Allah, dan bagaimana kerasnya siksa Allah, saat itu timbul rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Ini penting. Mengingat dosa adalah sumber kebaikan, sedangkan mengingat kebaikan bisa menjadi sumber keburukan. Ketaatan, sedekah, atau bantuan yang pernah dilakukan sebaiknya dilupakan. Jangan terus-menerus diingat. Yang harus selalu diingat adalah dosa-dosa dan kesalahan yang pernah dilakukan.
Jika seseorang terus-menerus mengingat kebaikan, dikhawatirkan akan menimbulkan ujub dan kesombongan di hati. Namun, jika ia mengingat dosa, di situlah akan muncul ketawadhuan, jauh dari kesombongan, dan jauh dari ujub.
Oleh karena itu, ketika teringat kebaikan yang pernah dilakukan, hendaknya segera muncul pertanyaan: apakah amalan itu yakin sudah diterima oleh Allah? Tidak ada yang tahu kepastiannya.
Sebagaimana telah dibahas, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَالَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَآ اٰتَوْا وَّقُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, sedang hati mereka takut (akan siksaan Tuhannya).” (QS. Al-Mu’minun[23]: 60).
‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengenai makna ayat ini. Apakah yang dimaksud adalah orang yang mencuri, berzina, dan melakukan berbagai macam maksiat lalu merasa takut?
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Tidak.” Ayat ini ditujukan untuk orang yang shalat, zakat, puasa, dan haji, tetapi merasa khawatir amalnya belum diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. (HR. Tirmizi, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Ketika mengingat amal shalih, yang harus muncul di hati adalah kekhawatiran jika amalan tersebut belum diterima oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Kekhawatiran ini bukan berarti berprasangka buruk kepada Allah, melainkan kekhawatiran bahwa:
- Belum melaksanakan ibadah tersebut sesuai dengan yang Allah inginkan.
- Melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa membatalkan ibadah itu.
Setelah selesai beramal shalih, ada tugas selanjutnya, yaitu menjaga agar pahala amalan tersebut tidak dibatalkan oleh Allah. Hal yang membatalkan pahala setelah selesai beramal adalah ujub (kagum pada diri sendiri) dan sombong. Sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullahu Ta’ala, “Ujub itu membatalkan amal.”
Dengan mengingat dosa dan kesalahan, tujuannya adalah memunculkan taubat kepada Allah dan senantiasa memperbarui taubat. Fudhail bin Iyad berkata, “Ada seorang hamba yang masuk surga gara-gara dosa, dan ada pula seorang hamba yang masuk neraka gara-gara amal shalih.”
Ketika ditanya mengapa bisa demikian, beliau menjelaskan bahwa orang yang berdosa akibat dosanya menjadi selalu ketakutan, merasa waswas, sehingga ia selalu bertaubat kepada Allah dan banyak beramal shalih. Gara-gara hal itu ia masuk surga. Sementara itu, ada orang yang beramal shalih lalu ia mengingat-ingatnya hingga menjadi sombong dan ujub. Gara-gara itu ia masuk neraka. Nauzubillah min dzalik.
Download MP3 Kajian Tentang Takut dan Berharap dalam Ibadah Hati
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55887-takut-dan-berharap-dalam-ibadah-hati/